SISTEM KOLOID
DI SUSUN :
MUHAMMAD AL FICHRY FALIHI
KELAS XI IPA
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami ucapkan kehadiran tuhan yang maha esa, karena atas
berkat dan karunianya, penulis dapat menyelesaikan tugas bidang study Kimia,
yang diberikan oleh guru pembimbing kepada penulis untuk dapat diselesaikan
dengan sebaik mungkin.
Adapun judul dari laporan ini adalah “SISTEM KOLOID”. Laporan ini penulis susun setelah melakukan penelitian mengenai judul
tersebut. Melalui laporan ini, penulis berharap agar kita dapat lebih memahami
dan mengerti mengenai larutan
koloid.
Tidak lupa pula penulis ucapkan terimakasih banyak kepda teman-teman serta
guru pembimbing yang dengan setia mendampingi, memberi semangat dan mengajari
sipenulis untuk menyusun Penulis juga sangat menyadari bahwa lapran ini masih
sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangatlah penulis harapkan dari para pembaca, agar laporan ini dapat
menjadi lebih baik lagi. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih banyak
kepada para pembaca.
laporan ini.
Mandati I, 9 April 2015
MUHAMMAD AL FICHRY FALIHI
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................. 2
DAFTAR ISI.................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG....................................................... 4
1.2. RUMUSAN MASALAH................................................... 4
1.3. TUJUAN PENELITIAN.................................................. 4
1.4 METODOLOGI
PENELITIAN………………………………………………………………………….4
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. SISTEM KOLOID......................................................... 5
2.2 SUSPENSI, LARUTAN, DAN KOLOID…………………………………………………….5
2.3. JENIS-JENIS KOLOID.................................................. 6
2.4 SIFAT-SIFAT
KOLOID…………………………………………………………………………………….7
2.5 LARUTAN
HOMOGEN DAN HETEROGEN……………………………………………….8
BAB III HASIL PENGAMATAN
3.1. ALAT DAN BAHAN....................................................... 9
3.2. LANGKAH KERJA......................................................... 10
3.3 TABEL PENGAMATAN……………………………………………………………………………………..11
BAB
IV
4.1 PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………………………..12
BAB IV PENUTUP
4.1. SARAN..................................................................... 14
4.2. KESIMPULAN............................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................. 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Mengingat banyaknya bahan kimia yang
ikut bergelut bersama kita dalam
kehidupan kita sehari-hari, maka perlulah kita melakukan identifikasi terhadap
zat-zat tersebut agar dapat memberikan ilmu pengetahuan dan manfaat yang sesuai
dengan adanya zat tersebut, khususnya zat yang berhubungan dengan sistem koloid
yang di antaranya adalah sabun, detergen, dan lain-lain.
Identifikasi ini juga perlu di lakukan
agar hasil dari identifikasi tersebut bias dijadikan acuan dalam menggunakan
zat-zat tersebut. Sehingga kemudian zat tersebut dapat di gunakan sebagaiman
mestinya.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Mengidentifikasi
dispersi macam-macam koloid?
2. Mengidentifikasi
perbedaan larutan sejati,suspensi kasar, pembuatan emulsi dan koloid?
3. Mengetahui
koloid dan contohnya?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
· Untuk mengenal dispersi
macam-macam koloid
· Untuk mengenal
larutan sejati, suspensi kasar, pembuatan emulsi dan koloid
· Untuk mengenal koloid
dan contohnya
1.4 METODOLOGI PENELITIAN
1. Praktikum ;
Dalam hal ini laporan
kami di susun atas dasar hasil praktek yang di lakukan di laboratorium ipa,
2. Studi pustaka
Demi untuk
mendapatkan hasil praktikum yang factual maka di perlukan fakta-fakta hasil
praktikum lain yang sudah ada sebelumnya oleh karena itu maka kami melakukan
penulusuran untuk informasi yang di maksud dari blog dan buku-buku yang memuat
informasi yang sesuai .
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1. SISTEM KOLOID
Koloid atau
dispersi koloid (sistem koloid) adalah sistem dispersi dengan ukuran partikel
yang lebih besar dari laritan tapi lebih kecil dari suspensi, dengan ukuran
partikel antara 1nm-100nm sehingga tidak bisa diamati dengan mata telanjang
tetapi dapat diamati dengan mikroskop dengan tingkat pembesaran yang tinggi.
2.2 SUSPENSI, LARUTAN, DAN KOLOID
1. Suspensi, merupakan sistem dispersi dengan partikel yang berukuran
relatif besar tersebar merta di dalam medium pendispersinya. Pada umumnya sistem dispersi merupakan campuran yang
heterogen
2. Larutan, merupakan system dispersi yang ukuran partikel-pertikelnya
sangat kecil, sehingga tidak dapat dibedakan (diamati) antara partikel
pendispersi dengan partikel terdispersi walaupun menggunkaan mikroskop ultra.
3. Koloid. Koloid berasal dari kata “kolia” yang
dalam bahsa Yunani berarti “lem”. Istilah koloid pertama kali diperkenalkan
oleh Thomas Graham (1861) berdasarkan pengamatannya terhadap gelatin
yang merupakan kristal tetapi sukar mengalami difusi. Padahal umumnya kristal
mudah mengalami difusi. Oleh karen itu, zat semacam gelatin ini keudian disebut
koloid. Koloid atau disebut juga dispersi koloid atau sistem koloid sebenarnya
merupakan sistem dispersi dengan ukuran partikel yang lebih besar dari larutan
tetapi lebih kecil dari suspensi.
Larutan
(Dispersi
Molekuler)
|
Koloid
(Dispersi Koloid)
|
Suspensi
(Dispersi Kasar)
|
Homegen, tak dapat Dibedakan
walaupun menggunakan mikroskop ultra.
|
Secara mikroskopis bersifat homogen,
tetapi heterogen jika
diamati dengan mikroskop ultra.
|
Heterogen.
|
Semua partikel berdimensi (panjang, lebar, atau
tebal) kurang dari 1nm.
|
Partikel berdimensi anatara 1nm sampai 100nm.
|
Salah satu atau semua dimensi partikel besar dari
100nm.
|
Satu fasa.
|
Dua fasa.
|
Dua fasa.
|
Stabil.
|
Pada umunya stabil.
|
Tidak stabil.
|
Tidak dapat disaring.
|
Tidak dapat disaring, kecuali dengan
penyaringan ultra.
|
Dapat disaring
|
Contoh:
Larutan gula, larutan garam,
alkohol 70%, larutan cuka, airlaut, udara yang bersih, dan bensin.
|
Contoh:
Sabun, susu, santan, jeli, selai,
mentega, dan mayones.
|
Contoh:
Air Sungai yang keruh, campuran
air dengan pasir, campuran kopi dengan air, dan campuran minyak dengan air
|
2.3 JENIS-JENIS
KOLOID
Sistem koloid
terdiri atas 2 fasa, yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi (medium
dispersi). Berdasarkan jenis fasa terdispersi dan fasa pendispersinya koloid
dapat dibedakan menjadi 8 jenis sebagai berikut:
1. Aerosol
Sistem koloid
dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika
zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat yang
terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair. Banyak produk dibuat dalam
bentuk aerosol, seperti hair spray, obat nyamuk semprot, parfum, cat semprot,
dan lain-lain. Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong
(propelan aerosol).
2. Sol
Sistem koloid
dari pertikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Koloid jenis
sol banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri.
3. Emulsi
Sistem koloid
dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair disebut emulsi. Syarat terjadinya
emulsi ini adalah dua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi dapat
digolongkan kedalam dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air (M/A) dan emulsi
air dalam minyak (A/M).
4. Buih
Sistem koloid dari gas yang tedispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti
halnya dengan emulsi,untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih.
5. Gel
Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel.
2.4 SIFAT-SIFAT KOLOID
1. Efek Tyndall
Efek Tyndall
ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel
koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek
tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall(1820-1893), seorang ahli fisika
Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall. Efek tyndall adalah
efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati
disinari dengan cahaya,maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya,
sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi
karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar
untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.Sebaliknya, pada larutan sejati,
partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit
dan sangat sulit diamati.
2. Gerak Brown
Gerak
Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak
lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid
dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel
tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak
Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut
dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di
tempat seperti pada zat padat. Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair
atau gas, pergerakan partikel- partikel akan menghasilkan
tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut
berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka
tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu
resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga
terjadi gerak zigzag atau gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid,
semakin cepat gerak Brown terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran
partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan
mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam
zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi
suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki
partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari
partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya,
semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
3. Adsorpsi
Adsorpsi ialah
peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan
partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel.
(Catatan : Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya
penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel).
Sifat
adsorbsi digunakan dalam proses:
1. Pemutihan gula tebu.
2. Norit.
3. Penjernihan air.
Contoh:
- koloid antara obat
diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap kuman penyebab diare.
- Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+ sehingga
menjadi bermuatan +. Adanya muatan senama maka koloid Fe(OH), akan
tolak-menolak sesamanya sehingga partikel-partikel koloid tidak akan saling
menggerombol.
4.
Elektroforesis
Elektroforesis adalah suatu proses untuk menghitung berpindahnya ion
atau partikel koloid bermuatan dalam medium cair yang dipengaruhi oleh medan
listrik. Yaitu, pergerakan partikel-partikel koloid dalam medan listrik ke
masing-masing elektrode. Prinsip kerja elektroforesis digunakan untuk
membersihkan asap hasil industri dengan alat Cottrell.
5.
Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan
partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi,
berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koloid akan mengalami
koagulasi dengan cara:
2.5 LARUTAN
HOMOGEN DAN HETEROGEN
1.
Larutan homogen, adalah jenis larutan yang antara
zat terlarut dan zat pelarut menyatu dan tidak dapat di bedakan, meskipun
menggunakan mikroskop ultra
2.
Larutan heterogen, adalah jenis larutan yang
antara zat terlarut dan zat pelarut menyatu dan dapat di bedakan, meskipun
secara kasat mata.
BAB
III
HASIL
PENGAMATAN
3.1 ALAT
DAN BAHAN
ALAT
·
Tabung reaksi
·
Labu Erlenmeyer
·
Corong/gelas ukur
·
Kain saringan
·
Sendok makan
·
Pipet tetes
BAHAN
·
Susu cair
·
Larutan gula
·
Campuran tanah
·
Larutan kopi
·
Larutan gula
·
Larutan detergen
·
air